Temu Kolese tahun ini mengambil tema “To Be Friend with The Poor” yang menekankan pentingnya berjalan bersama mereka yang tersingkirkan. Metode yang digunakan untuk membangun karakter peserta dalam kerangka ini ialah metode See-Judge-Act. Temu Kolese bertujuan untuk membantu peserta untuk merespon isu-isu sosial dengan merangkul pengetahuan, perasaan, dan tindakan nyata. Selain kegiatan immersion yang membawa siswa pada perwujudan aksi nyata dari tema Temu Kolese, kompetisi olahraga dan non-olahraga juga diadakan sebagai sarana untuk memperkuat ikatan persahabatan antara siswa kolese.
Untuk mendukung tema dan tujuan dari Temu Kolese, berbagai kompetisi, termasuk basket putra, basket putri, sepak bola putra, dan futsal putri, diadakan dengan semangat kolaboratif. Ini memberikan kesempatan bagi siswa kolese untuk bekerja sama dan menggabungkan keahlian, pengetahuan, serta pengalaman dalam mencari solusi yang kreatif dan efektif. Tak hanya itu, peserta juga diajak untuk berkolaborasi pada acara malam kesenian, puncak selebrasi Temu Kolese yang menampilkan pementasan bermakna dari setiap kontingen kolese.
Pada acara penutupan, sebanyak 733 orang baik para pendamping dan peserta dari delapan Sekolah Jesuit Indonesia, berkumpul di Lapangan SMA Kolese De Britto untuk mengabadikan momen kebersamaan pada Temu Kolese 2023. Delapan perwakilan ketua kontingen siswa dari masing-masing kolese serta satu pembawa bendera Temu Kolese tampil dengan gagah, sambil menyanyikan chant “Kolese Bersatu Tak Bisa Dikalahkan” dan “Dalam Tekol, Kita bersaudara” sebagai bentuk apresiasi penutupan acara. Melalui acara ini, seluruh siswa/siswi sekolah Jesuit diharapkan berani mendekati mereka yang terpinggirkan dengan sikap rendah hati dan mampu berkontribusi dalam menciptakan komunitas inklusif demi memperjuangkan hak asasi manusia. (GN, LEX)