Home Tema

Tema

TO BE FRIEND WITH THE POOR

Temu Kolese 2023 ini mengambil tema TO BE FRIEND WITH THE POOR (menjadi sahabat bagi mereka yang miskin-terpinggirkan). Tema ini menindaklanjuti hasil pertemuan temu kolese tahun 2018 di Kolese Kanisius untuk meneruskan temu Kolese dengan mengusung konsep umum Walking with The Excluded (Berjalan Bersama Mereka yang Terpinggirkan). Kolese De Britto Yogyakarta dipilih karena dalam program formasi, memiliki sarana yang baik untuk mengolah sisi afeksi para siswa melalui kegiatan live in sosial. Para siswa diajak untuk berjumpa secara nyata dengan kelompok orang-orang yang terpinggirkan seperti mereka yang berada di dalam penjara, panti asuhan, maupun kelompok pinggiran lainnya. 

Pandemi menjadi masa sulit bagi para kelompok yang terpinggirkan. Merekalah yang paling terdampak terutama bagi para pedagang kecil, tukang becak, ojek online, dan pelaku bisnis kecil lainnya. Ini situasi yang cukup memprihatinkan di mana orang berjuang untuk tetap survive di masa yang sulit. Dalam kontemplasi penjelmaan, diungkapkan bahwa Allah masuk ke dalam konteks dan sejarah hidup manusia. Allah melihat banyak orang, ada yang tertawa, menangis, kaya, miskin, dll. (Latihan Rohani 101) Banyak orang mengalami kesulitan untuk tetap bertahan di tengah masa pandemi, misalnya karyawan yang tidak lagi bekerja, usaha yang tutup karena tidak ada pembeli, dll. Kolese-kolese ingin memberikan perhatian dan menanggapi situasi ini dengan ikut belajar dan masuk dalam perjumpaan bersama dengan mereka, serta merefleksikan pengalaman tersebut. 

BAGAIMANA TEMU KOLESE 2023 INI MENJAWAB KEPRIHATINAN SJ? 

Serikat Jesus sendiri pada tahun-tahun ini memiliki empat fokus yang menjadi arah dan sasaran pelayanan kerasulannya. Sasaran strategis ini dikenal dengan istilah UAP (Universal Apostolic Preferences). UAP sebagaimana diambil dari cuplikan surat Pater Jenderal adalah jawaban Serikat terhadap kebutuhan Gereja. Preferensi-preferensi itu telah mengungkapkan dan masih terus mengungkapkan secara konkret kesiapan kita sebagai tubuh apostolik universal, untuk bekerja di bawah panji Salib, untuk melayani hanya tuhan dan Gereja mempelainya di bawah pimpinan Paus di Roma. Karena itu preferensi-preferensi kerasulan universal itu, bagi kita menciptakan ketegangan antara mencari kesejahteraan yang paling universal sebagai tujuan akhir dari begitu banyak kegiatan apostolis yang dikerjakan oleh Serikat (bdk. Cuplikan Surat Pater Jendral Arturo Sosa, SJ 3 Oktober 2017). Adapun poin-poin UAP itu  tersebut antara lain (bdk https://uap.jesuits.id/uap/, diunduh pada hari Kamis, 2 Maret 2023 pkl 21.06): 

  • Menunjukkan jalan kepada Allah 
  • Berjalan bersama mereka yang terpinggirkan
  • Berjalan bersama dengan orang muda
  • Merawat rumah kita bersama. 

Temu kolese tahun ini akan menekankan poin berjalan bersama mereka yang tersingkirkan. Oleh karena itu dalam temu kolese, metode yang digunakan adalah See-Judge-Act sebagaimana memanfaatkan tiga daya jiwa seperti pikiran, hati, dan kehendak. Temu kolese akan membantu peserta untuk mengolah dimensi pengetahuan (Head), perasaan (Heart), dan kehendak atau aksi nyata (Hand). Beberapa kegiatan pendukung seperti lomba-lomba baik olahraga maupun non olahraga dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun persahabatan di antara sesama siswa/siswi kolese Jesuit. Persahabatan yang terbentuk di antara sesama warga kolese menjadi dasar untuk menjalin persahabatan dengan mereka yang berada di luar kolese, terutama mereka yang miskin dan membutuhkan perhatian orang lain.  Berikut ini beberapa input dan poin-poin penting untuk mendukung formasi di tiga daya jiwa tersebut. 

  • SEE (HEAD)

Kegiatan yang diusung adalah input atau pemaparan dari para Jesuit mengenai keprihatinan SJ universal terkait dengan berjalan bersama mereka yang tersingkir. Ini sebagai konteks yang melatarbelakangi mengapa temu kolese diadakan. Konkretnya adalah mengundang narasumber Jesuit untuk bercerita tentang karya kerasulan sosial SJ (JRS, SPM Realino, LDD) 

  • JUDGE (HEART)

Dalam Temu Kolese, akan diadakan immersion program,  seperti kunjungan ke Lapas, Panti Jompo, Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Pasar.  

  • ACT (HAND)
  • Aksi sosial nyata dengan memberikan pelayanan di panti jompo
  • Merasakan pengalaman bekerja di TPA, parkiran, dan pasar, 
  • Berbagi pengalaman dengan belajar mendengarkan dan hadir bersama dengan mereka yang berada di dalam penjara, panti jompo, dan lokalisasi
  • Selebrasi dan ungkapan hati melalui kegiatan seni maupun malam ekspresi sebagai ucapan syukur atas persahabatan bersama mereka yang tersingkir.